Breaking News

Friday, October 3, 2014

Bambu, material bangunan masa depan



Bambu, material murah yang makin muncul kembali akibat kelangkaan kayu dan harga besi yang semakin tinggi. Apa yang menyebabkan kita perlu beralih kembali ke bambu? Dewasa ini desain bangunan dengan material bambu sangat booming dan menarik untuk diimplementasikan dalam arsitektur bangunan.

  • Bambu termasuk spesies rumput dan kuat tariknya lebih baik daripada baja. 
  • Terdapat juga sejenis bambu yang dinamakan Budha bambu yang tumbuh 1,2m per hari. 
  • Bambu juga 7 kali kali lebih banyak dibandingkan pohon dan tanaman lain. 
  • Tumbuhnya bambu adalah 10-30% lebih cepat dibandingkan pohon lain yang hanya mencapai 2-5% per tahun. 
  • Bambu dapat tumbuh dengan produksi 50-100 ton per Ha (tergantung dari spesies , tanah dan iklimnya).
  • bambu terdiri dari 60-70%batang, 10-15% dahan dan 15-20% daun.
  • Bambu lebih baik untuk renovasi air bahkan lebih baik 240% daripada hutan pinus
  • Bambu juga menaikkan level air setinggi 6,3 meter di India dalam waktu 4 tahun.
  • Bambu lebih baik untuk konservasi tanah dan memiliki tingkat erosi yang lebih rendah karena akarnya lebih baik menahan erosi. 
  • Bambu menyerap CO2 lebih banyak daripada hutan lain yaitu 62ton/Ha/tahun dibandingkan hutan lain yang hanya menyerap 15ton/Ha/tahun (4 kali lipatnya).
  • Bambu melepaskan O2 selama fotosintesis yaitu 35% lebih dibandingkan jenis hutan lainnya. (J.A. Janssen)
Penggunaan bambu sangat beragam mulai dari sebagai material bangunan, jembatan, perahu, lantai bambu (parkit bambu), perancah, furniture, alat dapur, alat musik, pembungkus, bahan bakar, makanan, bahan baku minuman, obat, kertas, tekstil, kompos, pipa dan filamen lampu pijar. (David Farelly)

Penggunaan Energi
Energi yang dibutuhkan untuk memproduksi material bangunan bambu terbilang sedikit, dan karena itu hanya memiliki sedikit carbon footprint. Berikut ini perbandingan penggunaan energi untuk memproduksi material bangunan dalam (Nmm2):

Besi = 1500
Beton = 240
Kayu = 80
Bambu = 30

Standarisasi penggunaan bambu agak jarang, bahkan masih jarang sekali namun sudah ada yang merumuskan standar penggunaan bambu, antara lain:

- International Code Bamboo for Housing (INBAR)
- Laboratory Manual on Testing Method for Determination of Physical and Mechanical Properties of Bamboo (INBAR)
- Bamboo in Construction (Strada, England)
- Manual de Construction con Bambu - Universidad Nacional de Colombia. Centro de investigacion de bamboo. Hidalgo (Colombia)

Contoh penggunaan di negara tropis, dengan hanya 20x20 meter persegi area lahan, kita dapat membangun dua rumah (@ 8x8m2) hanya dalam 3 tahun. Di Costarica, terdapat 1000 rumah yang dibangun tiap tahun dengan hanya menggunakan hutan bambu seluas 60Hektar.


Kelemahan material bambu
1. jamur
2. bubuk
3. serangga

batasan material bambu:
1. tidak cepat kering
2. mudah sekali patah bila dipanen terlalu dini
3. jika tidak diawetkan dengan baik, hanya akan bertahan 5 tahun, jika terkena matahari dan air hujan terus menerus (namun Budi Faisal sendiri menyatakan bahwa teori ini batal mengingat ada bangunan di Bali yang atapnya dari bambu bertumpuk lima dan kuat hingga 15 tahun, apalagi untuk atap dapur dapat bertahan hingga 20 tahun karena sering terasapi dengan bakaran kayu untuk memasak)

Sistem bangunan bambu plaster (anyaman bambu yang diplaster seperti tembok) sudah digunakan di abad 13-14.

Kubah geodesi yang dirancang Buckminster Fuller bisa diterapkan dengan material konstruksi bambu.


Bambu dalam konteks bangunan kontemporer / modern
Saat ini makin banyak arsitek yang menggunakan material bambu dalam karya mereka, dan sambungan bambu tidak lagi hanya menggunakan tali ijuk, namun juga menggunakan sambungan dari baja. 





Satu hal yang membedakan konstruksi bambu yang lama dengan yang baru adalah dari sisi joint atau penyambungnya. Bila joint menggunakan material modern seperti besi baja, maka konstruksi bambu biasanya juga meningkat pamornya.


Madrid Airport, didesain oleh arsitek Richard Rogers, lengkung plafon merupakan susunan bambu yang memperlihatkan kelenturan konstruksi bambunya. 


Karya bangunan dengan bambu modern oleh Eko Prawoto


karya arsitek Kengo Kuma mengetengahkan bambu yang rapi dan sedap dipandang.

Material bambu seringkali diasosiasikan dengan material murah, namun saat ini bambu akan dan telah menjadi material bangunan masa depan. bambu yang akan membawa arsitek di negara berkembang untuk sejajar dengan partner mereka dari negara maju. Meskipun keberadaan bambu sudah populer dalam berabad-abad, kemampuannya untuk digunakan dalam bangunan modern seringkali masih dipertanyakan.

Dalam konteks Indonesia, hutan kita berkurang 51 km2 per hari, dalam tahun 2000-2005 saja, 1,8juta hektar hutan lenyap per tahun. Saat ini Indonesia merupakan negara yang paling tinggi (nomor 1) dalam kerusakan alam dan hutannya.

Indonesia adalah negeri dimana bisa ditanami tumbuhan setahun penuh tanpa henti tidak terjadi perubahan iklim yang sangat drastis seperti di negeri 4 musim. Total lahan yang bisa ditanami sepanjang tahun di seluruh dunia adalah 27% dari seluruh daratan, dan 11% nya berada di Indonesia. Hal ini ebrarti 40,7% dari area tropis yang bisa ditanami setahun penuh adalah di Indonesia, sayang sekali bila masih banyak orang kelaparan.

Untuk dinding bambu murah yang diplaster sebagai pengganti dinding bata biasa, bisa dibuka artikel 'Dinding Bambu Plaster, Pengganti dinding Bata biasa". 


Green School Bali. 
Bambu dapat dieksplorasi fleksibilitasnya untuk mengetahui sejauh mana bambu dapat menjadi material yang lebih 'baru'. 

Kunci utama konstruksi bambu yang lebih awet adalah pada treatment atau pengawetannya. Tanpa itu maka bambu akan kehilangan semua kelebihannya begitu terdapat kekurangan yaitu bambu kurang awet. Pengawetan bambu perlu dilakukan, dan kadangkala memerlukan banyak eksperimen. PeBahan yang dapat mengawetkan bambu adalah resin, namun ini pengawetan yang sangat mahal.

-------------------------------------------------------------

Selanjutnya adalah tulisan dari A. Farid Nazaruddin:

Bambu sudah saatnya di budidayakan!

Perjalanan bambu
Bambu, siapa yang tidak mengenal jenis tanaman yang satu ini. Bambu dahulu adalah material merakyat yang murah dan benar-benar dekat dengan kehidupan masyarakat indonesia. Dahulu ia digunakan pada rumah-rumah orang-orang jelata bersanding dengan kayu.

Bambu merupakan material yang sangat mudah di aplikasikan pada saat itu, lebih mudah dari kayu. Tetapi memang bambu tidak seawet kayu. Sehingga dahulu budaya penanaman bambu telah lama dipakai para nenek moyang bangsa Indonesia. Mereka bahkan menanam bambu dipekarangan rumah mereka. Tidak lain adalah untuk penggantian material. jika bambu yang terpakai telah menunjukkan tanda-tanda perlu diganti, maka mereka tinggal potong bambu yang mereka tanam. Bambu tanpa pengawetan biasanya tahan 2-3 tahun. Sedangkan bambu bayi sampai usia potong yang tepat adalah 3 tahun keatas. Sebuah siklus yang tepat berpasangan.

Budaya mereka dalam hidup berdampingan dengan bambu telah melekat dengan dalam dan menjadi pola ritual yang umum. Tetapi sejak Belanda memberi pengetahuan tentang penggunaan batu bata, besi dan semen, maka lambat laun bambu semakin dipandang sebelah mata. Rakyat semakin meninggalkan bambu dan menganggap bambu adalah material yang kelas kelas tiga setelah kayu. Mereka kemudian menganggap bahwa bahan material baru tersebut lah yang lebih baik.

Pada saat jaman kemerdekaan indonesia material bambu sebenarnya masih dipakai tetapi hanya orang-orang yang “tidak mampu” lah yang memakainya. Bambu memang dapat dikatakan gratis. Tinggal ambil di hutan, mudah bawanya, dan mudah pakainya. Tetapi rumah-rumah “gedongan” telah merambah benak masyarakat sebagai rumah yang baik. Sehingga umumnya pemilik rumah bambu akan merasa “tidak mampu” karena rumahnya bukan “gedongan”.

Saya pribadi tinggal di rumah yang menggunakan bambu pada beberapa unsur bangunannya. Rumah saya adalah rumah yang tua, mungkin berusia 70 tahun an. Konstruksi atap menggunakan kayu jati. Tetapi usuk dan reng seluruhnya menggunakan bambu. Selama 70 tahun itu baru sekali konstruksi bambu tersebut diganti dengan bambu yang baru.

Tetapi dengan adanya material baru, seperti atap light steel frame, maka bambu semakin tidak dipergunakan. Dimulailah tren baru dimana banyak perumahan modern yang lebih banyak menggunakan atap baja ringan tersebut. Kadang jika tidak terlalu mampu hanya kuda-kuda dan gording yang menggunakan baja ringan, sedang reng dan kasau menggunakan kayu. Sedang jika mampu menggunakan konstruksi atap baja ringan secara keseluruhan.

Beberapa tahun yang lalu, saya pergi ke pameran bahan bangunan. Di benak saya kelas atap baja ringan adalah kelas tinggi (korban iklan). Saya melihat di pameran tersebut tidak hanya terdapat stand yang menjual rangka atap baja ringan, tetapi juga ada yang menjual mesin pembuat rangka baja ringan tersebut (!!) yang ternyata pembuatanya mudah dan mesinnya pun cukup terjangkau. Hanya perlu menjual sebuah rumah tipe 200.

Sekarang, persaingan perusahaan rangka atap baja ringan semakin banyak. Banyak perusahaan perusahaan kecil bermunculan dengan modal mesin pembuat atap baja ringan yang murah tersebut. Hal ini menjadikan rangka atap baja ringan menjadi pilihann umum bahkan sampai perumahan tipe kecil. Posisi bambu semakin dipinggirkan. Bahkan hanya sebagai penyangga begisting kemudian kayu bakar untuk membakar batu bata.

Tetapi, ternyata bambu tidaklah mati. Ia ternyata mundur dan mengambil ancang-ancang untuk melompat lebih jauh daripada yang lain. Bambu saat ini menjadi material yang paling berpotensi untuk maju dan menjadi paling berkelas dan paling laris terjual dan paling banyak diolah. Bambu menjadi semakin indah dan menarik. Bambu berpotensi menjadi raja dari material bangunan dan interior.

Mengapa demikian?

Pertama, dunia semakin tidak bersahabat dengan perusaknya, yaitu manusia. Sehingga dia marah dan menghasilkan panas yang berlebih (Saya suka melihatnya seperti ini). Timbullah “global warming”. Dan ternyata alat terbesar perusak bumi adalah arsitektur dan turunannya. Kemudian untuk mengatasi tersebut, beberapa gelintir kelompok masyarakat menyerukan “sustainable life”. Hidup yang berkelanjutan. Maksudnya adalah supaya hidup terus berkanjut sampai terus menerus, anak cucu cicit cecet dst dengan tetap baik seperti sekarang. Bahkan seharusnya lebih baik. Polusi menghilang, bumi menjadi ramah kembali.
Sustainable tentu juga menyentuh arsitektur.

Kedua. Bambu adalah material sustainable. Bahkan paling sustainable. Pertumbuhan bambu sangat mudah dan mudah pula ditanam. Dia sebenarnya adalah jenis rumput. Rata-rata pertumbuhan dihitung per hari dan hanya butuh waktu 3-5 tahun untuk dapat dipergunakan. Bandingkan dengan material lain. Batu misalnya butuh 3000 juta tahun untuk menjadi keras (perkiraan). Kapur juga demikian. Baja butuh waktu singkat sebenarnya, tetapi harus menuggu hujan meteor terlebih dahulu. Karena baja bukanlah material yang dapat tumbuh di bumi. Bata misalnya membutuhkan pengendapan air sungai dan aliran udara yang menggeser bebatuan muda selama ribuan tahun untuk kemudian menjadi tanah. Pasir pun demikian, butuh ribuan tahun untuk batu pecah terkikis menjadi pasir.

Pengambilan dan pengolahan material juga menjadi pertimbangan yang cukup besar. Bayangkan bagaimana cara mengambil batu kapur di gunung kapur. Bagaimana pula penambangan baja di gunung baja. Pembakaran bata di lembah tanah liat. Atau penambangan pasir di sungai berpasir.
Oke, memang bahan-bahan itu butuh ribuan tahun lagi untuk mereka menjadi langka, tetapi intinya bahan-bahan tersebut tidak berkelanjutan.

Bagaimana dengan kayu?
Dia memang material yang juga sustainable, karena dapat tumbuh secara alami dan tidak membutuhkan waktu ribuan tahun untuk dapat dipakai lagi. Kayu juga banyak jenisnya, tetapi untuk bahan bangunan yang terbaik dan reliable adalah kayu yang berusia lebih tua (Lebih tua lebih baik) dan berpori padat dan kuat.
Beberapa ratus tahun lalu, penduduk bumi yang menggunakan kayu mungkin sedikit, sehingga pada saat satu kayu ditebang dan pada saat yang sama menanam bibit kayu baru, masih masuk dalam ritual penggunaan kayu. Karena manusia pada saat itu butuh ratusan tahun untuk menggunakan kayu lagi. Sehingga pada saat butuh mereka dapat menebang kayu yang telah dewasa dari bibit tadi.

Tetapi saat ini penduduk pengguna kayu sudah buanyak, sehingga kayu ditebang dengan kayu yang sedang tumbuh, lebih cepat kayu yang ditebang. Meskipun seluruh industri kayu menanam kayu sejumlah kayu yang ditebang, tetapi sebelum kayu yang baru tumbuh, hutan sudah gundul duluan. Timbullah kelangkaan kayu dan kemudian timbullah peningkatan harga kayu. Kayu jati sekarang menjadi “emas kuning” karena langka dan lamanya kebutuhan dia untuk menjadi dewasa. Dan usia dewsa kayu jati adalah 100 tahun. Itu dua generasi hidup manusia. Lain halnya dengan bambu.

Bambu yang paling kuat dan cocok untuk konstruksi adalah bambu petung. Bambu yang sangat kuat di indonesia. Banyak bambu yang lain yang lebih kuat, tetapi harus impor. Yah, paling tidak impor bibit dulu, kemudian ditumbuhkan di sini. Apa sih yang tidak dapat tumbuh di indonesia?

Untuk bambu petung, 5 tahun adalah usia panen. Dengan tinggi panen 6 meteran dapat digunakan banyak hal. Pada saat bambu dipanen, bambu tersebut masuh hidup dan dapat tumbuh lagi disebelahnya bambu yang baru. Tanpa manusia pemanen tadi menanam bibit baru. Wah, sebuah ide yang sangat fenomenal dari Sang Maha Ide.

Ketiga, sejak tahun 2000 banyak bermunculan media arsitektur baru yang dimonopoli oleh para arsitek idealis untuk semakin memperkenalkan arsitektur di indonesia. Dahulu para tukang dan rakyat tidak mengetahui apa itu arsitek. Tetapi sekarang, dalam waktu 10 tahun arsiektur dan arsitek menjadi profesi yang dikenal seluruh masyarakat. Hampir semua media telah menyinggung arsitek dan kualitas rancangannya.
Getaran-getaran energi para arsitek muda pada saat itu menjadi getaran-getaran baru dalam semangat berarsitektur masyarakat indonesia. Arsitek menjadi populer dan selebritis. Banyak dari mahasiswa arsitek berfoto bersama idola arsitek dan meminta tanda tangannya.

Tahun 2000 an telah menandakan kebangkitan arsitektur (modern) di media. Kemudian beberapa tahun kemudian “rumah minimalis” menjadi jargon populer klien-klien para arsitek. Pada saat rumah minimalis semakin dibosani para arsitek beralih ke yang lain. Dengan menggunakan material-material alam. Salah satunya bambu.

Sekarang, media telah dipenuhi dengan pemberitaan tentang bambu. Kemudian pendidikan arsitektur yang sebenarnya telah meneliti bambu semakin pede dengan apa yang mreka lakukan. Sungguh ajaib apa yang dapat dilakukan oleh orang yang pede. Memang ada beberapa karya fenomenal terlebih dahulu dari para arsitek dengan menggunakan bambu. Tetapi yang juga berjasa adalah media. Majalah dan televisi yang membahas arsitektur bambu dengan kelas yang lebih tinggi, menjdaikan bambu naik kelas. Bahkan apabila diolah dengan benar, bambu menjadi material kelas wahid.

Keempat, saat ini banyak teknologi pengolahan bahan bambu yang membuat bambu menjadi material yang dapat digunakan dalam banyak aspek bangunan. Mulai struktur sampai lampu. Mulai pintu sampai lantai. Semua dengan bentuk yang indah dan menarik. Bahkan mahal. Sayangnya teknologi tersebut masih dimonopoli beberapa gelintir orang dan perusahaan. sedangkan permintaan akan penggunaan bambu dalam bangunan semakin meningkat tajam. Sekarang para lulusan arsitek banyak yang menganggap bambu adalah material pilihan mereka untuk estetika bahkan struktural. Pada beberapa kota di Indonesia bambu petung semakin langka. intinya bambu pun semakin diburu masuarakat.

Potensi kedepan bambu dalam bisnis
Masalah banyaknya permintaan sedang minimnya penyedia, menjadikan banyaknya konsumen tetapi minimnya produsen. Seperti saat BBM langka. Mobil-mobil antri di SPBU yang menunjukkan banyaknya permintaan tetapi minimnya penyedia. Dapat dibayangkan bila saat permintaan banyak penjual BBM eceran tentu akan berpanen keuntungan lebih banyak. Harga BBM eceran naik berkali-kali lipat.
Sama halnya dengan inustri seputar bambu. Potensi bisnis dengan keuntungan besar ada dari hulu ke hilir. Sangat banyak potensi bisnis tersebut.

Investasi dapat dilakukan dari penyediaan lahan untuk penanaman bambu dengan jenis yang sesuai permintaan pasar. Pasar adalah masyarakat umum yang membutuhkan bambu dan inustri yang akan mengolah bambu menjadi produk yang lebih bernilai jual. Potensi ekonomi dapat pula pada penjualan bibit-bibit bambu berkualitas yang dapat ditanam di belakang rumah atau di lahan yang emmang akan ditanami bambu untuk tujuan ekonomi. Kemudian potensi bisnis pada perusahaan pengawetan bambu. Industri pengawetan dengan berbagai metode menjadi lahan subur mengambil keuntungan dari para pencari bambu awetan. Seperti untuk struktur atau untuk lainyya.

Potensi besar juga pada penjualan produk pengawet bambu. Penciptaan produk khusus yang dapat mengawetkan bambu dan dijual secara luas dapat menjadi pilihan yang menarik dalam berbisnis. Inovasi sehingga masyarakat awam tidak perlu repot dengan bambu yang akan mereka olah dengan pengawetan.
Potensi besar juga terdapat pada pengolahan bahan bambu menjadi High presure laminate bamboo. Yang menjadikan bambu dapat diolah menjadi bentuk lantai parket sampai kusen. HPL bambu ini dapat dihasilkan dengan bentuk multiplek yang dapat dijual secara umum. Potensi kemudian pada industri pengolah multiplek HPL bambu menjadi produk interior atau daun pintu. Dengan hanya mengoleskan plitur, maka tekstur bambu menjadi menonjol, terlihat mewah dan unik.

Apakah ada lagi?
Intinya adalah…
Pemerintah dan rakyat harus melihat potensi bambu ini kedepannya. Ia adalah material masa depan yang indah dan murah dan mudah bahkan berkelanjutan. Sudah saatnya bambu mulai dibudidayakan dan menjadi prospek material wajib masa depan pengganti kayu atau baja. Pada saat sudah terbudi daya, maka mambu dan inovasi disekitarnya akan semakin cepat berkembang dan revolusioner. Saya yakin itu.

(A. Farid Nazaruddin)

External links:

No comments:

Post a Comment

Designed By Blogger Templates
Back To Top